Bhayangkara FC, Menutup Liga 1 2018 di Urutan Ketiga
Jakarta, dikabari.com - Bhayangkara FC merupakan tim
sepakbola yang ditangani Polri menutup
Liga 1 2018 di urutan ketiga.
Bhayangkara FC ditangani pelatih Skotlandia, Simon
McMenemy sempat bermarkas di Surabaya, kini memiliki kandang di Jakarta.
Musim lalu, Simon berhasil membawa Bhayangkara menjadi
juara Liga 1, kini mereka finis ketiga, tepat di bawah PSM makassar dan Persija
Jakarta.
Keikut sertaan Bhayangkara di Liga 1 sempat diprotes.
Pasalnya klub tersebut berada di bawah
naungan Polri. Padahal Polri diminta
untuk berkonsentrasi mengamankan pertandingan, bukan mengikuti
kompetisi.
Sejumlah fakta menarik dari klub yang bermarkas di
Stadion PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, yaitu:
1. Di Tangani Polri
Bayangkara FC dijuluki sebagai The Guardian. Klub berawal
dari Surabaya, Jawa Timur sebelum berada di bawah naungan Polri, Bhayangkara FC
dimiliki Polda Jatim.
Klub tersebut dibiayai lewat Koperasi Zebra Jaya, yang
menaungi pegawai dan eks-karyawan Korps Lalu Lintas Mabes Polri. Koperasi itu
menguasai 90 persen saham PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB), perusahaan legal
Bhayangkara FC. PT tersebut sebelumnya digunakan untuk mengklaim Persebaya.
Sebelumnya
Bhayangkara FC berada di bawah penguasaan Koperasi Primkopol Zebra Jaya
Mandiri Ditlantas milik Polda Jatim di Surabaya dengan penguasaan saham 54,9
persen.
2. Dari Dualisme Persebaya Surabaya
Lahirnya Bhayangkara FC merupakan hasil dualisme
Persebaya Surabaya pada 2010.
Persebaya 1927 berlaga di Indonesian Primer League (IPL)
. Sementara Persebaya Surabaya tampil di Divisi Utama--dikenal sebagai
Persebaya DU.
Persebaya Surabaya terus menunjukkan kualitasnya di
Sepakbola Indonesia dan berhasil promosi ke Indonesia Super League (ISL)
setelah bermain dua musim di Divisi Utama.
Saat bermain di musim ketiga mengikuti Piala Presiden
2015, upaya Persebaya mengalami hambatan yakni tidak boleh mengikuti
pertandingan.
Badan Olahraga Indonesia atau BOPI melarang Persebaya
mengikuti turnamen Piala Presiden karena tidak memiliki hak paten logo. Adapun
yang diperbolehkan mengikuti turnamen garapan Mahaka Sport dan Entertainment
adalah Persebaya 1927 di bawah PT Persebaya Indonesia. Hal ini karena Persebaya
1927 memiliki hak paten logo.
Agar dapat mengikuti turnamen, Persebaya Surabaya
mengganti nama menjadi Bonek FC. Kemudian Bonek FC diubah menjadi Surabaya
United.
Pada tahun 2016 tim sepakbola ini mengubah namanya
menjadi Bhayangkara FC. Tampil mengikuti ajang Torabika Soccer Championship. Di
kompetisi TSC inilah Liga 1 Indonesia terus berkembang dengan target berada di
posisi lima besar, kenyataannya berada di urutan tujuh klasemen akhir.
3. Stadion
Bhayangkara FC bermarkas di Stadion PTIK, Jakarta. Awalnya
berada di Stadion Gelora Delta di Sidoarjo.
Selain di Stadion Gelora Delta, Bhayangkara FC
menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya sebagai stadion alternatif. Pada
kompetisi Liga 1 musim 2017, Bhayangkara FC menggunakan Stadion Patriot,
Bekasi. Di tahun 2018, markas mereka pindah ke Stadion PTIK.
4. Juara Liga 1 2017
Bhayangkara sukses meraih gelar juara Liga 1 2017. Diperkuat
pemain-pemain muda berkualitas, di antaranya Evan Dimas Darmono, Muchlis Hadi,
Putu Gede Juni Antara, dan Awan Setho Rahardjo. Juga didukung pemain berpengalaman,
Pauko Sergio, Ilija Spasojevic, dan Firman Utina.
5. Batal ke Liga Champions Asia
Kendati berstatus juara Liga 1 2017, Bhayangkara gagal
tampil di LCA. The Guardian tak memenuhi lisensi AFC untuk aspek legalitas.
Bhayangkara baru memiliki badan hukum satu tahun terakhir untuk menyambut LCA
2018. Padahal, minimal harus sudah berbadan hukum tiga tahun untuk tampil di
level Asia. dc9
Post a Comment